Halaman

Jumat, 23 Juli 2010

Pandanganku Tentang Belajar

Post ini aku tulis di sela-sela waktuku untuk mengkoding :D. Tak tahu mengapa aku tertarik dengan pernyataan seseorang(guruku), belajar adalah suatu proses dengan tujuan mencari hakikat Tuhan sebenarnya. Ini yang menyebabkan aku berpikir berulang kali mendefinisikan kata-kata itu. Namun akhirnya aku berhasil menemukan jawabannya dengan dibantu guruku tentunya, hehe.

Pernyataan-pernyataan para ustadz atau ahli2 agama cenderung menggurui, dan jujur saja, aku bukan tipe orang yang suka digurui, tapi bukan berarti membangkang. aku suka teladan dan sesuatu yang dapat aku resapi maknanya dengan indra dan hati ini serta sudah terimplementasikan. Berikut adalah beberapa kutipan dari nasehat lisan guruku.

Sederhana mungkin, belajar adalah suatu proses dengan tujuan mencari hakikat Tuhan sebenarnya. Coba kamu lihat, botol air mineral itu. bagi orang-orang yang tidak ingin belajar, mereka hanya mengangapnya sebagai sampah belaka. cobalah resapi arti botol itu. dari bentuknya saja dulu, mengapa botol air mineral bentuknya seperti itu? Unsur2 ergonomis kamu harus belajar. Mengapa isinya tidaklah penuh, kamu juga harus belajar. Saat kamu mengetahui bagaimana perusahaan yang membuat air mineral kemasan itu, mempertimbangkan berbagai aspeknya untuk meraih keuntungan.kamu lihat sisi produksi, pemasaran, keuangangan dan sebagainya, semuanya bersatu untuk membentuk apa yang kamu katakan sampah itu.

Dan tujuan. Saat kamu menemukan apa tujuan itu, maka ujung-ujungnya adalah Dzat yang Maha Tunggal. Saat kamu belajar teori pemasaran, tujuannya adalah memenangkan pasar dan meraup keuntungan. Apakah keuntungan yang sebanyak-banyaknya menjadi akhir dari tujuan itu? Tidak. pasar kemenangan sesungguhnya adalah pasar kasih sayang, atau rahman dan rahiim. saat produk itu benar-benar disayang oleh konsumennya dan memberikan kesejahteraan bagi konsumennya.

Saat kamu belajar teori kejadian alam semesta, maka tak lain dan tak bukan, kamu akan menemukan suatu titik di mana permulaan itu ada karena diciptakan. bukan perubahan dari sebelumnya. Kalau toh perubahan sebelumnya, maka siapa pendahulunya itu? siapa pendahulu dari pendahulunya itu? apakah ada habisnya? Aku tak begitu menguasai teori terjadinya alam semesta ini, tapi jika dirunut oleh orang-orang berakalpun, hasilnya pastilah sama.

Saat kamu belajar teori continuous improvement, yang merupakan energi bisnis dalam melakukan pembenahannya agar lebih baik. Teori itu dicetuskan baru-baru ini, tetapi berabad dulu sudah ada satu pernyataan; hari ini lebih baik daripada hari kemarin dan hari esok harus lebih baik daripada hari ini. (Hadits)

Saat kamu koding, coba berpikir, bagaimana logika dan aritmetika semuanya dipikirkan oleh otak cerdas. Namun apakah otak cerdas itu tiba-tiba ada? apakah:" miliyaran neuron yang ada di kepala dengan tersambung begitu rumit membentuk jaringan raksasa yang siap mengantarkan impuls dengan kecepatan lebih dari kecepatan supersonik, dan sinyal itu adalah incoding dari bentuk-bentuk berbagai gelombang (cahaya, suara)" terbentuk dengan ketidaksengajaan?? Maha Cerdas yang mengkreasikan ini semua.

Mungkin hakikat hidup sebenarnya adalah belajar. Semua belajar, semua berproses. Namun banyak tujuan yang tidak mengarah ke suatu kemenangan abadi.belajar adalah suatu proses dengan tujuan mencari hakikat Tuhan sebenarnya. aku berpikir, sebelum memikirkan esensinya aku harus tahu dulu apa yang ada di sekelilingku, yang bisa aku cerna dengan mudah. Memang, kata guruku: belajarlah bottom up, niscaya kamu melihat tanda-tanda dan keagunganNya, namun jika kamu berpikir up to down, kamu tidak akan melihat keindahanNya.

Sungguh pengalaman berharga, mungkin kamu juga melihat semuanya begiu indah dan merujuk pada satu makna, satu esensi dalam kehidupan ini. perilaku adalah barang mahal di dunia ini, itu juga jadi motivasiku untuk membenahi perilakuku selama ini. saat materi tiadalah cukup memenuhi kebutuhan di dunia ini, maka imanlah di sana harus kamu kedepankan. Saat kamu belajar, mengais ilmu bak menggapai bintang, kecerdasanmu berlipat-lipat, gelarmu sangat panjang, namun esensi ketika muncul pertanyaan untuk apakah ini semua, berarti belumlah cukup dirimu mencapai derajat keilmuanmu. Seorang doktor atau profesor sekalipun yang berhasil adalah saat dia berkata penemuanku ini benar-benar menambah imanku dan kebahagiaan orang-orang di sekelilingku.

Semua kata-kata di atas hanyalah cernaku atas nasehat dari guruku. Inti terpentingnya, bukan hanya belajar untuk hidup, tapi hidup itu untuk belajar. mari belajar, belajarlah sampai liang lahat menanti, esensi kebahagiaan ada di tujuan ilmumu, saat menemukan hal-hal yang mungkin tak terpikirkan orang lain dan mengubahnya menjadi kekuatan diri menuju kemenangan sejati (surga).

"..Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.." Q.S Al Imran: 190

4 komentar:

  1. whoaaa..!
    I think i've found galileo in my campus..!
    :D

    BalasHapus
  2. mana man..?, mungkin yang komen pertamax, hehe.. ^_^

    BalasHapus
  3. jiaaah...
    ckckckc..
    makin salut aja dah ma mas2 yg satu ini.. hehe..
    udah pinter, rendah hati lagi. ckckckc..

    *oot : nabi menjelaskan ini : jangan puji kawanmu, karena itu sama saja memenggal kepalanya. Tapi jika memang kawanmu sungguh-sungguh layak dipuji, maka katakanlah, "menurut pengamatan saya, dia memang seperti itu.." ==> jadi kita muji dari penampakan lahir, bathinnya hanya Allah yg tahu..hehehe..

    BalasHapus
  4. menurut pengamatan saya, yang komen pertamax, adalah galileo d kampus saya, haha...

    BalasHapus

Kirim Komentar Anda
(Send Your Comment)