Halaman

Sabtu, 25 Desember 2010

Sebuah Cerita - KBM Politeknik Telkom

Di sela-sela kesibukan karena tugas, baik yang profit maupun non-profit (hehe..), saya menyempatkan diri untuk menulis sebuah cerita yang terjadi di kampus saya tercinta ini. Bukan cerita sebenarnya, hanyalah sebuah ringkasan kondisi kampus saya. Saya persempit lagi, kondisi yang dimaksud adalah kondisi kemahasiswaan kampus Politeknik Telkom. Tulisan ini saya tulis di akhir-akhir tahun 2010, dimana semua "kabinet" kemahasiswaan (KBM=Keluarga Besar Mahasiswa) yang bekerja di tahun 2010 akan lengser, baik dari Eksekutif tertinggi (BEM=Badan Eksekutif Mahasiswa), legistlatif tertinggi (DPM=Dewan Perwakilan Mahasiswa) maupun jajaran daerah (HM=Himpunan Mahasiswa). Tulisan ini juga sekaligus evaluasi dari berbagai kondisi yang mewarnai kehidupan ber-KBM di Politeknik tercinta ini.
Secara umum, saya menilai dinamika aktivitas kemahasiswaan di KBM berkembang pesat, dalam kurun yang sangat singkat, yakni dalam satu tahun terakhir. Banyak Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bermunculan, dari yang berbasis seni, kedaerahan, maupun olahraga dan edukasi. Semua hampir bergerak menuju ke arah kampus dinamis dan aktif siang dan malam. Semua dilandasi dengan rasa kebersamaan yang cukup kuat dalam kelompok-kelompok tersebut, tanpa menghiraukan apa problem yang dirasakan oleh pihak petinggi di eksekutif maupun legislatif.

Dinamika aktivitas kemahasiswaan semakin meningkat setelah beberapa kali pihak manjemen kampus menggandeng kelompok-kelompok tertentu untuk mensupport kegiatan yang datang dari manajemen. TIdak tanggung-tanggung untuk modal dan bekal dari aktivitas mahasiswa, manajemen tidak segan-segan menggelontorkan dana untuk membeli berbagai perlengkapan yang kiranya mendukung dan membantu mereka untuk mensukseskan acara atau kegiatan manajemen. Lain di ladang, lain di lautan. Organisasi-organisasi yang bergerak yang secara langsung tidak "menguntungkan" pihak manajemen, kurang diperhatikan. Banyak sekali program kerja yang terbengkalai hanya karena urusan dukungan. Dukungan di  sini bukan berarti secara finansial saja, dukungan dalam hal moril dan skala prioritas sangatlah minim. Lantas? 

Organisasi-organisasi tersebut tidaklah menyerah begitu saja. Sponsorship dan dukungan dari pihak-pihak intern dan ekstern kampus mereka cari guna menyukseskan agenda dan kegiatan mereka. Organisasi yang bergerak dalam hal mengkritisi maupun mengedukasi dalan hal kesadaran sampai keterampilan, semuanya atas nama kampus tercinta, tanpa pamrih apapun, karena dimanapun organisasi seperti ini sifatnya non-profit.

Beralih ke topik selanjutnya mengenai sinkronisasi kegiatan dan agenda setiap kelompok. Saya masih ingat janji presiden mahasiswa yang terpilih, dimana beliau mengatakan bahwa semua kelompok-kelompok dalam KBM ini masih terkotak-kotak, dan tugas beliau untuk menghilangkan sekat-sekat tersebut. Namun, dalam kenyataan di enam bulan terakhir, sekat-sekat tersebut makin tebal. Dalih untuk meleburkan semua acara budaya daerah dalam satu acara memang salah satu upaya yang tepat, tetapi itu belum menyelesaikan apa yang dinamakan terkotak-kotak itu. Pandangan saya, terkotak-terkotak berarti setiap elemen belum menyadari dan menghargai eksistensi kelompok lain dimana itu dirasa sangat perlu sebagi wujud toleransi antar kelompok. 

Ibarat tubuh manusia, kaki kanan akan bergerak ke depan, sementara kaki kiri menopang di belakang, tangan melambai berlawanan dengan kaki "sahabatnya", dan punggung dapat condong atau lurus tergantung kecepatan pergerakannya. Sebuah perumpamaan yang seharusnya ditiru oleh semua elemen di KBM ini. Banyak kegiatan yang bentrok baik dari segi waktu, tempat maupun duplikasi acara. Seolah-olah, tak ada toleransi yang cukup untuk saling berbagi dan memahami kepentingan. Dari sisi waktu, banyak sekali kegiatan yang diselenggarakan bersamaan dan saat itu pula, peserta ataupun partisipan dari kegiatan bingung harus memilih mana? Wajar itu adalah pilihan, tetapi berpikir seperti itu tidaklah memberi efek yang bagus. Dari sisi tempat, banyak yang seolah-olah tak peduli, apakah tempat itu akan digunakan oleh kelompok lain atau tidak. Bukannya "semena-mena" menguasai jalur kegiatan sekaligus memonopoli aset tempat, sementara yang lain hanya gigit jari, tidak terbagi. 

Duplikasi kegiatan sangatlah tidak bermanfaat dan cenderung menghambur-hamburkan waktu dan uang. Banyak kegiatan serupa harus dilaksanakan berulang kali oleh kelompok yang berbeda. Tentunya, ini dapat dihindari dengan berdiskusi bersama dan mengadakan kegiatan dengan dukungan berbagai kelompok, sehingga kegiatan tersebut lebih berkualitas, bukan saling menandingi.

Satu hal yang membuat saya harus menahan gelak tawa adalah, kegiatan yang disusun dalam program kerja ditumpuk dalam satu periode. Seolah-olah kejar tayang, kelompok-kelompok seperti ini hanya akan membuat kepadatan kegiatan dalam periode tertentu dengan dminasi menjadi miliknya. Timeline dan scheduling adalah sesuatu yang penting untuk mengagendakan segalanya, bukan pengingat dan penghias papan tulis semata.

Urusan dana, sebenarnya saya kurang tahu menahu tentangnya, karena KBM di kampus ini seperti yang dikatakan presiden mahasiswa belum berdaulat penuh. Otonomi belum direstui dan intervensi masih dikendalikan secara sepihak oleh penguasa kampus. Seolah-olah organisasi dan kelompok-kelompok menjadi alat ataupun mainan yang kiranya sangat baik untuk dimainkan dan menguntungkan, tak segan-segan keluar lembaran-lembaran merah dengan derasnya. Sangat tidak baik kondisi ini dibiarkan. Sementara itu, proporsi pembagian dana yang seharusnya kongruen dengan aktivitas dan manfaatnya belum sepenuhnya dijalankan. Banyak kegiatan berkualitas yang akhirnya dihadiri oleh segeintir mahasiswa hanya karena kurang menarik dan kurang dukungan. Kegiatan yang tidak begitu bermanfaat malah terkadang mendapatkan support berlebih. Proporsi pogram kerja yang banyak dan bermanfaat dari kelompok tertentu tidak dijadikan acuan untuk memberikan porsi dukungan. Malah lebih aneh lagi, proporsi jumlah anggota yang lebih sedikit akan mendapatkan dukungan yang sedikit pula. Keadilan di KBM? Cuma bicara!

Ada yang menarik di KBM ini, yakni kelompok oposan yang sedia kapan saja untuk memberi masukan dan kritik ke arah manajemen maupun eksekutif dan legislatif mahasiswa. Saya menilai itu adalah aktivitas bagus untuk mewarnai sekaligus mengawal pemerintahan mahasiswa, agar tidak salah langkah. Namun, saya menilai oposan yang aktif adalah oposan yang solutif, oposan yang mengkritik dan juga memberi rekomendasi terbaik. Oposan yang siap kapanpun memberikan masukan dan kritikan tanpa adanya kepentingan pribadi maupun tebar pesona saja. Bukan oposan yang lari ketika diminta untuk membantu. Bukan oposan yang pecundang yang hanya "omong doang". Itu bukan cerminan seorang mahasiswa yang kritis, tetapi apatis, tak peduli orang lain mau bagaimana caranya, yang penting "kalian itu salah!" Ini merupakan dinamika yang perlu diwaspadai pula dan perlu adanya tindak lanjut sebelum mengakar dan membudaya di KBM tercinta ini.

Terakhir yang saya soroti adalah pengaruh-pengaruh yang tidak seharusnya ditanamkan dalam berorganisasi dalam ranah eksekutif maupun di legislatif. Saya pernah berpikir, tujuan saya masuk dalam kepengurusan organisasi adalah memajukan organisasi dan menguntungkan bagi anggota-anggota saya khususnya, dan kampus tercinta umumnya. Banyak hal yang "aneh-aneh" yang saya perhatikan dalam dinamika memajukan organisasi ataupun kelompok. Mereka menyebarkan paham dan ingin sekali mengubah mind set orang lain agar "mudah dikendalikan" dan tercapai tujuannya. Setidaknya paham yang dibawa oleh pribadi, kelompok tertentu, ras dan agama tidak serta merta terbawa dan diadopsi penuh (fully adoption) ke dalam ranah berkelompok atau berserikat. Tidak serta merta pula kemajemukkan dalam kelompok dijadikan alasan untuk disatukan dalam satu paham atau keyakinan pribadi. Jika ini dilakukan, tak ubahnya mereka menganggap organisasi atau kelompok sebagai kendaraan yang strategis dalam mengintervensi dan mempengaruhi cara berpikir yang akhirnya dapat mengubah sistem yang telah ditata oleh warga KBM.

Di atas hanyalah opini semata dari seorang warga KBM yang ingin sekali membangun dan atau memperbaiki sistem menjadi sistem yang lebih baik. Sistem yang dapat mengubah pola berpikir dan bertindak atas dasar kebersamaan dan kemajuan, bukan kepentingan. Sayangnya saya tidak memiliki banyak waktu lagi mengurusi KBM yang tercinta ini. Harapan saya, dari aktivitas kecil saya di Departemen Pendidikan dan Kaderisasi Himaka akan dijadikan inherit untuk aktivitas sebesar KBM. Aktivitas dimana anggotanya tidak menabur benih kepentingan dan kesombongan. Sebuah aktivitas dimana yang terpikirkan hanyalah kemajuan dan keinginan untuk lebih dan lebih baik, lagi untuk Politeknik Telkom.

Pesan terakhir : Mari kita budayakan untuk bermusyawarah dan berdikusi!
Musyawarah merupakan perbuatan terpuji di hadapan Allah, dan Allah memerintahkan penguasa untuk membentuk lembaga musyawarah. Memang tidak ada jaminan bahwa seluruh pengusa akan mematuhi perintah itu. Tetapi coba bayangkan, apa yang bakal terjadi jika mereka benar-benar melalaikan perintah itu? Ayat itu betul-betul merupakan perintah yang wajib dipatuhi agar ada keutuhan kekuatan di kalangan umat.
(Muhammad Abduh : Tafsir Al-Manar)

9 komentar:

  1. 1. komunikasi dalam elemen-elemen di KBM masih kurang, sekat2 makin tebal
    ya, saya juga merasakan hal yang sama..
    mungkin ini juga PR untuk kongres besok, dimana peran BEM dan DPM seharusnya untuk ini.
    Saya ingin BEM dan DPM dilebur saja jadi satu, anggotanya utusan-utusan dari elemen kampus. Saya pikir kampus kita masih kecil, hanya 1 jurusan dan 3 prodi. alur komunikasi yang diatur oleh 1 badan (misalkan senat, peleburan BEM dan DPM itu) lebih efektif daripada oleh 2 badan.

    2. Proker yang seperti 'kejar setoran'
    Ya, saya akui itu memang terjadi. Seperti di organisasi saya, ada pelatihan-pelatihan yang kami adakan sebetulnya masuk ke ranah organisasi lain. Tapi ini kembali ke masalah komunikasi tadi. Dari awal kegiatan kami sudah di approve, jadi kami pikir tidak ada organisasi lain yang melakukan hal serupa. Ternyata seiring berjalannya waktu, organisasi lain, yang memang sudah ranahnya, memiliki proker yang sama. Tapi mau bagaimana lagi? Sudah kadung disiapkan segalanya, kalau dibatalkan kan juga ngga bisa. Mungkin ini juga terkait alur pengaturan proposal. Selama ini kami tidak pernah melaui BEM, tetapi langsung ke kemahasiswaan. Seandainya diatur oleh BEM mungkin bisa lebih baik.

    3. Konsep musyawarah
    Ya, saya setuju ada badan musyawarah seperti itu. BEM kedepan seharusnya berfungsi sebagai fasilitator musyawarah seperti ini. BEM bukan penyelenggara acara, tapi fasilitator acara. Selama ini yang saya rasakan BEM justru kejar2an juga dengan elemen lain (HMP dan UKM atau LK) demi mengejar eksistensi. Akibatnya fungsi fasilitatornya justru terbengkalai.

    4. KBM harus maju!
    Setuju!

    BalasHapus
  2. Saya berharap pas kongres, kita (2008) banyak yang andil di sana, jangan sampai didominasi oleh rekan2 2010 yang tidak tahu menahu kondisi sebenarnya.

    Sebelum meninggalkan kampus tercinta ini, saya tidak ingin meninggalkan jejak-jejak buruk. Kondisi yang kacau, jika saya boleh bilang. Dimana semuanya mengejar kepentingan pribadi dan atau golongan, bukan kemajuan, kemajuan kampus.

    :)

    BalasHapus
  3. aku kok pengen debat proker sama penyamaan timeline ormawa yang kita bahas pas sharing himaka itu bener-bener jalan..
    sayang banget kalo mentingin ego organisasi dan harus bikin --misalnya-- 90 turnamen futsal dalam setahun..

    masalah kejar proker, aku rasa semangat kader dalam bekerja yang dipengaruhi deadline juga berperan penting di sini..
    kalo dipikir, "ah, lpj masih lama" malah jadi sering bikin kita baru mau semangat kerja pas lpj mau tiba..
    jadi tugas semua pihak, terutama ketua, kadiv, atau bagian kaderisasi supaya bisa bikin semangat kader ngga moody-an..
    too much fluktuatif sangat merusak kan, ya..

    masalah kotak-kotak, aku juga bingung..
    pengen banget semua ormawa bisa saling support satu sama lain dengan sehat..
    sama-sama menyukseskan bukan acara ormawa masing2, tapi gimana caranya memandang kegiatan mahasiswa di kampus itu kegiatan bersama KBM, whatever it is..
    mau disuruh kumpul satu meja, sering malah slek dan segala macem..
    atau salah satu dan salah beberapa perwakilan ormawa sendiri ngga mau dateng buat koordinasi..
    kira-kira solusinya apa ya??

    BalasHapus
  4. Kalo menurut saya, ya quote dari courseware KWn kita (paragraf terakhir) bisa jadi salah satu solusi.

    Pembicaraan antar kelompok bisa mengurangi kesenjangan dan benturan kepentingan. Tapi lagi-lagi, saya lebih menyoroti ke arah kemauan dalam bermusyawarah dan "maksud-maksud tertentu".

    Terkadang saya yang harus naik pitam berkali-kali terkait dengan ketidak konsistenan "peserta" yang diajak berrembuk, dan cenderung ada nuansa memojokkan salah satu pihak atau dihancurkan sekalian.

    Apa itu ya keinginan masing-masing kelompok di Kampus tercinta ini. Saya ingin semua bergerak, tetapi bukan gerakan saling sikut, tetapi gerakan saling genggam.

    Eksekutif selayaknya mengambil bagian sebagai stabilisator, bukan manajemen, bukan pula salah satu kepentingan. Andil dalam menyusun gerakan bersama, duduk bersama dan merumuskan bersama (SIDANG UMUM), dengan tetap mengindahkan hak dan otonomi masing2 kelompok.

    Jika saat-pasca SIDANG UMUM belum memperlihatkan tanda-tanda perubahan pola pikir, pola pikir peduli dan saling merangkul,

    saya sudah bersiap lancarkan kudeta sistem.., "Keluarga Besar" tidak akan ada artinya lagi, apalah artinya nama itu, jika di dalamnya bukan para anggota keluarga..

    :)

    BalasHapus
  5. "saya sudah bersiap lancarkan kudeta sistem.., "Keluarga Besar" tidak akan ada artinya lagi, apalah artinya nama itu, jika di dalamnya bukan para anggota keluarga.."

    ha3..
    ngobrol yuk yar! :D

    BalasHapus
  6. saya sedia kapan saja man buat ngobrol2, haha..

    saya sudah punya satu orang yang sepikiran, beliau juga punya pengaruh besar di kampus ini,

    Saya hanya kasihan lihat kader2(baca:adik2) saya terbawa arus yang tidak membuat mereka berkembang matang, dari sisi apapun, terutama dari sisi pemahaman sd keterampilan...

    BalasHapus
  7. assalam.

    menanggapi komentar paling atas.
    saya tidak setuju ketika elemen yang sudah dirancang oleh teman-teman dahulunya namun harus dihilangkan dikarenakan kurangnya keefektifan dari organisasi tersebut. seharus itu menjadi motivasi untuk menjadikannya lebih baik. karena saya yakin pada hakikatnya semua mahasiswa adalah cerdas, dapat berfikir positif dan mengurangi nilai negatif.


    melihat kondisi sebenarnya.
    saya kecewa ketika kita memasuki masa pemerintahan. tidak ada gambaran yang jelas akan suatu organisasi tersebut. saya baru dapat mengetahui kondisi real yang memang menggambaran suatu organisasi tersebut ketika saya banyak mengadakan diskusi dengan petinggi organisasi dari kampus lain.
    karena awal dari semuanya adalah konsep pemikiran dan mind-set.

    untuk kondisi KBM hingga saat ini.
    saya melihat masi banyak kesenjangan diantaranya. kita sibuk dengan "goal" masing2 sehingga melupakan goal dari KBM. tidak ada yang peduli akan apa itu KBM? seakan2 KBM itu hanya penamaan dari sejarah.

    menanggapi kader2 yang lain.
    saya tidak tahu apa yg ada dalam hati teman2 keder yang lain. mengapa sampai saat ini tidak ada yang mempunyai motivasi untuk membangun bersama. atau duduk bersama. padahal saya yakin kita semua yang ada di KBM pada akhirnya satu "goal" yakni memajukan Kampus yang tercinta.

    satu hal yang mgkn dapat kita pegang dari kutipan dari penulis diatas.
    "Saya ingin semua bergerak, tetapi bukan gerakan saling sikut, tetapi gerakan saling genggam."
    silahkan dipahami lagi makna nya!! saya sangat setuju,!!
    HIDUP MAHASISWA!!

    closing :
    saya bangga terhadap teman2 senior yang hingga saat ini masih mau berfikir untuk memajukan kampus. maafkan kami yang kurang berfikir.

    BalasHapus
  8. Terima kasih, saya masih optimis, karena masih ada kader2 seperti "Quake". Semoga muncul quake2 yang lain dan masih mau bekerja untuk KBM tercinta ini.

    Lagi-lagi saya ingin berpesan, budayakan berdiskusi, bermusyawarah duduk bersama, matangkan konsep, lalu sinkronkan dengan kepentingan2 golongan, dan capai target masing2 tanpa adanya saling menjatuhkan.

    Kiranya sebuah acungan jempol kami berikan jika dan seandainya KBM tahun 2011 berdaulat penuh, anggaran dipegang dan diatur sendiri, tanpa intervensi siapapun. Itu juga sama pentingnya.

    Seperti yang Julya katakan, adakan debat proker untuk tahun 2011, supaya banyak kegiatan berkualitas terdukung penuh, tak ada duplikasi kegiatan ataupun kegiatan tidak bermanfaat lainnya yang selama ini "malah didukung penuh" secara moril dan finansial dari pihak intern kampus.

    BalasHapus
  9. satu kalimat ''mahasiswa poltek hanya dijadikan mainan oleh manajemen''. mahasiswa kebanyakan memang tidak peeduli dengan kondisi kampus yg sbenarnya sperti apa,mahasiswa poltek hanya bisa terikat aturan yg hanya sudah d itetapkan manajemen, mahasiswa poltek tidak bisa berontak,seakan semuah m ahasiswa rta saya pernah membaca dan menddengar bahwa manajemen poltek tidak memberikan hak2 yang harusnya diterima oleh staf ataupun pegawainya sesuai dengan hak yang memang mesti diterima oleh pegawai tadi !

    BalasHapus

Kirim Komentar Anda
(Send Your Comment)