![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCOgrpdSnJrEf_gKxiY9kToEP06zWvjbtiD-KYJ2XguYbQEpLv2U8XsMYYIk03nJU8Kzjm31RsRF-lYx9kPlFAc11N8tH2CaRAh2zXPJvDltTMLxq9c2z7PWIiL_jCCh2_IlmcN0ylbpxY/s400/friendship-graphics1.jpg)
Saat kubaca postingan yang berjudul My Friends(Part 1), dan saat itu dia masih dalam kondisi seperti yang kuceritakan di atas, tak tahu kenapa, diriku harus mengeluarkan air mata untuknya. Saat menulis posting inipun, air mataku tak ingin berhenti rasanya. Sempat aku berpikir, tiap hari, aku hanya bisa bercanda tertawa dan serius untuk berpikir bersamanya. Tetapi sekarang? Aku malah bak "cengeng" untuk seorang sahabat yang sering kuanggap kawan hiburan. Ah!, pikirku. Aku merasa ini mungkin bukan air mata cengeng, mungkin apakah air mata ini, air mata ikatan sahabat yang telah kami jalin dua tahun lamanya. Bahkan, katanya, inspirasi postingannya berasal dari blogku. Dan aku? Waktu ada pertandingan bola, aku sering dijamu untuk menginap di kosannya. Saat terik, aku malas pulang ke kosan, aku pun di kosannya untuk numpang teduh sejenak. Waktu aku butuh bantuan berpikir memecahkan logika koding, dia selalu yang pertama untuk kutanya. Waktu aku ada acara di kampus, selalu aku berangkat bersamanya. Saat kubutuh teman untuk share "cerita cinta"ku, dia selalu menjadi seorang penjaga rahasia dan pemberi saran yang terbaik. Dan puncak-puncaknya saat kami mendirikan himpunan mahasiswa bersama-sama, mengarungi progress kegiatan PKM-K (bisnis PAPA Drink), dan yang terakhir saat dia mengutarakan segala kesulitan hidupnya dalam mengarungi kuliah ini kepadaku. Aku hanya tertegun, tak bisa membantu apa-apa.
Aku juga berpikir, mungkin dia memandangku kaku saat pertama kali sua kami, dan dia mencoba berlaku seperti diriku untuk menjadi lebih "pintar". Tapi, aku berpikir terbalik, bagaimana aku yang kaku ini mendapatkan teman yang banyak dan tidak dianggap mesin cerdas yang bisa di-on-off-kan setiap saat. Dan saat itu, teman yang kuanggap dapat mengerti apa hambatanku, mengerti apa yang kupikirkan dan mengerti apa yang harus kulakukan, adalah dia. Dan lama-kelamaan, gaya dia bergaul, berbicara dan mendekati seseorang pun, aku juga sedikit mengikutinya, alhasil, aku mendapatkan perhatian dari teman-teman dan akhirnya aku bisa jauh lebih banyak canda dengan mereka.
Dan kesedihanku memuncak untuk malam ini, saat menulis postingan ini. Aku ingat, dia memiliki kesulitan dalam mengarungi kuliah ini. Betapa, sahabatku yang menurutku cerdas, dan dia layak disandingkan dengan orang-orang terbaik di kampus ini, harus pupus kuliah untuk sementara waktu, hanya karena urusan ekonomi. Tidak akan kubeberkan panjang lebar, hanya saja aku merasa, apakah orang yang baik seperti dia harus menerima kesulitan dan cobaan yang sesulit ini? Ah, aku berpikir ulang, rasanya Allah tak akan memberikan cobaan terhadap umatnya di luar batas kemampuannya. Cobaan adalah testing akan iman dan kesabaran, dan semuanya adalah wujud perhatian dan kasih sayangNya kepada umatnya yang selalu berbuat kebaikan.
Dan untuk saat ini, yang kuharapkan dan selalu kupanjatkan doa ini kepadaNya, berikan kesembuhan, dan kondisi kesehatan terbaik setelah musibah ini menimpanya, dan berikan hikmah untuk kami semua.
So, to my best friend ini my campus, get well soon, keep your spirit, our business haven't already yet, haha...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kirim Komentar Anda
(Send Your Comment)