Sumber : https://cdn.brilio.net |
Setelah naik kelas ke kelas 2 SMA (tahun 2006), saya mendapati sebuah keadaan dimana saya harus memilih jurusan (meski tidak sepenuhnya bisa memilih, karena terkait dengan nilai). Ada 2 jurusan yang disediakan waktu itu IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) atau IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Sebenarnya pilihan ini tidaklah rumit untuk saya, karena saya merasa berkompeten untuk masuk jurusan IPA, berminat dan tentu saja dikarenakan faktor merasa lebih "bergengsi"-nya IPA di mata para siswa kebanyakan.
Memasuki jurusan dan pengetahuan baru tentang alam dan semestanya, tentunya sangatlah menarik dan meyenangkan menurut saya. Karena alam adalah suatu desain kompleks yang seakan-akan sudah dirancang dengan suatu ukuran, rasio, pertimbangan dan keseimbangan yang luar biasa. Hasilnya? Sederhana tetapi elegan. Kompleks tetapi tidak membingungkan. Dinamis tetapi terukur. Teliti dan sangat cermat kalkulasinya. Maka tak salah, matematika juga menjadi "teman" sejati bagi ilmu dan pengetahuan tentang alam.
Saya tak akan bahas satu per satu mata pelajaran yang hadir di sana, tetapi saya akan langsung short cut saja ke bagian yang sangat menggelitik dalam metode pembelajaran ilmu dan pengetahuan alam ke siswa saat itu, (jujur saja, saya tidak tahu untuk saat ini, karena saya bukan pemerhati pendidikan, hehe). Saat itu (Ibu) guru (kimia) saya menjelaskan berbagai macam model atom dari atom model Dalton, Rutherford sampai Bohr, yang kesemuanya secara ringkasnya adalah membagi susunan atom menjadi bagian-bagian yang lebih kecil darinya. Namun, bukan masalah model atom yang akan saya bahas di sini, melainkan bagaimana sesuatu yang bernama atom tersebut yang boleh dibilang unit terkecil dari suatu materi tidak menyinggung sama sekali keberadaan Tuhan. Bahkan saya waktu itu berharap guru saya menyinggung sedikit tentang "keberadaan" Tuhan di sana. Why Tuhan ? Mengapa saya bisa terlintas kata "Tuhan" waktu itu.
Saya akan mengkesampingkan Islam (dalam konteks agama) dalam eksplorasi saya pada sesuatu ini. Kembali ke pertanyaan "Why Tuhan ?". Jawaban sederhananya adalah apabila sesuatu yang sangat besar dan (sudah disepakati) makin membesar tiap satuan waktunya yang dinamakan alam semesta, atau jagad raya ini sangatlah sukar diukur, dan kita hanya berasumsi atas dasar formula dan teori -- tidak bisa makin mendekatkan sesuatu yang "menguasainya", kita boleh saja memakai sesuatu yang makin kecil, komponen terkecil dari segala materi untuk menemukan sejatinya, apakah materi itu, dan lebih jauh lagi, siapa di balik layar atas keberadaan materi itu? Dan "Siapa" di sini, tentunya bagi orang yang menautkan segala sesuatu yang di luar jangkauan kepengetahuannya alias iman, mempercayai ada suatu komponen dari bagian terkecil dari materi tersebut yang tidak dapat diobservasi dan dieksplorasi lebih jauh lagi karena keterbatasan ilmu pengetahuan (mungkin sudah mentok), tetapi ADA.
Saya tidak akan berbicara mengenai Higgs Boson atau dalam bahasa media disebut dengan partikel Tuhan, karena keberadaan partikel ini juga selalu ada kontra argumennya, dan ini hanyalah akan menguras pemikiran untuk ajang perdebatan yang membuat kita menjauhi hikmah yang disediakan di sana.
Saya akan mengkesampingkan Islam (dalam konteks agama) dalam eksplorasi saya pada sesuatu ini. Kembali ke pertanyaan "Why Tuhan ?". Jawaban sederhananya adalah apabila sesuatu yang sangat besar dan (sudah disepakati) makin membesar tiap satuan waktunya yang dinamakan alam semesta, atau jagad raya ini sangatlah sukar diukur, dan kita hanya berasumsi atas dasar formula dan teori -- tidak bisa makin mendekatkan sesuatu yang "menguasainya", kita boleh saja memakai sesuatu yang makin kecil, komponen terkecil dari segala materi untuk menemukan sejatinya, apakah materi itu, dan lebih jauh lagi, siapa di balik layar atas keberadaan materi itu? Dan "Siapa" di sini, tentunya bagi orang yang menautkan segala sesuatu yang di luar jangkauan kepengetahuannya alias iman, mempercayai ada suatu komponen dari bagian terkecil dari materi tersebut yang tidak dapat diobservasi dan dieksplorasi lebih jauh lagi karena keterbatasan ilmu pengetahuan (mungkin sudah mentok), tetapi ADA.
Saya tidak akan berbicara mengenai Higgs Boson atau dalam bahasa media disebut dengan partikel Tuhan, karena keberadaan partikel ini juga selalu ada kontra argumennya, dan ini hanyalah akan menguras pemikiran untuk ajang perdebatan yang membuat kita menjauhi hikmah yang disediakan di sana.